laboratorium inspirasi filsafat moral agama & pemikiran islam

Agama Itu Ciptaan Manusia (Pandangan Materialis)

gambar kecil perilaku keagamaan

Selama abad ke-19 dan ke-20, materialisme ilmiah meraih keunggulan yang menonjol sebagai teori untuk menjelaskan fakta bahwa agama dapat ditemukan dalam sejumlah bentuk di setiap budaya di seluruh dunia. Sudutpandang materialis itu adalah bahwa yang supernatural merupakan imajinasi manusia; yang ada hanya dunia material.

Sebuah contoh yang berpengaruh dari sudutpandang ini dapat ditemukan di karya seorang filsuf abad ke-19, Ludwig Feuerbach (1804–1872). Ia beralasan bahwa ketuhanan-ketuhanan hanya merupakan proyeksi, [yaitu] obyektifikasi kualitas-kualitas manusia seperti kekuatan, kearifan, dan cinta kepada ketuhanan kosmik imajiner di luar diri kita sendiri. Lalu kita menyembahnya sebagai Yang Mahaagung dan tidak mengakui bahwa kualitas-kualitas tersebut terletak di dalam diri kita sendiri; alih-alih, kita melihat bahwa diri kita sendiri lemah dan penuh dosa. Feuerbach menyusun teori ini dengan acuan khusus kepada Kekristenan.

Materialis-materialis ilmiah lainnya yakin bahwa agama-agama diciptakan atau sekurang-kurangnya digunakan untuk memanipulasi orang-orang. Secara historis, agama-agama seringkali mendukung dan melayani kekuatan sekuler.

Filsuf sosialis abad ke-19, Karl Marx (1818–1883) si penulis The Communist Manifesto, berargumen bahwa agama dari suatu budaya--disamping semua aspek struktur sosialnya--bersemi dari kerangka ekonomiknya. Dalam pandangan Marx, asal-usul agama terletak pada hasrat si tertindas. [Agama] itu bisa berkembang dari hasrat untuk merevolusi masyarakat dan menentang eksploitasi. Namun sewaktu gagal, [agama] itu menjadi dunia yang lain, suatu eskpresi dari tak terpenuhinya hasrat akan kehidupan yang lebih baik dan lebih memuaskan:

Manusia menciptakan agama: agama tidak membuat manusia. ... Dunia religius itu hanyalah refleks dari dunia nyata. ... Agama adalah keluh-kesah makhluk yang tertindas, sentimen dari dunia yang tak berhati, dan jiwa dari kondisi-kondisi yang tak berjiwa. [Agama] itu candu masyarakat.

gambar perilaku keagamaan

Menurut Marx, agama-agama itu bukan hanya menenangkan masyarakat secara keliru; agama-agama itu menjadi alat penindasan.

Contohnya, ia menuduh bahwa otoritas-otoritas Kristen pada masa hidup Marx itu mendukung "aksi-aksi keji para penindas" melalui penjelasan bahwa [aksi-aksi] itu merupakan hukuman terhadap para pendosa oleh Tuhan. Kritikus-kritikus lain membuat pengaduan serupa terhadap agama-agama Timur. Mengenai penderitaan orang-orang miskin, agama-agama Timur menyalahkan amal buruk orang-orang itu sendiri di kehidupan terdahulu.

Interpretasi-interpretasi semacam itu, dan penggunaan ajaran-ajaran agama, menyurutkan persepsi kebutuhan masyarakat untuk membantu orang-orang yang tertindas dan menderita.

Dengan demikian, ide-ide Marx mengarah kepada komunisme ateistik abad 20. Ia menegaskan, "Penghapusan agama sebagai ilusi kebahagiaan orang-orang diperlukan demi kebahagiaan sejati mereka."

Catatan

Diterjemahkan dari buku kuliah Mary Pat Fisher, Living Religions, 9/E (Pearson, 2014), hlm. 3-4.

Pandangan materialis ini merupakan satu dari tiga pandangan yang menjawab pertanyaan, "Mengapa ada agama?" Dua lainnya adalah pandangan fungsional dan pandangan iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.